InfoSAWIT, YOGYAKARTA – Industri kelapa sawit, yang menjadi tulang punggung ekonomi global, saat ini dihadapkan pada berbagai tantangan serius. Selain menjadi penyedia bahan baku bagi berbagai sektor, industri ini harus menghadapi isu-isu lingkungan seperti deforestasi, kebakaran hutan, dan pencemaran air yang semakin menekan keberlanjutan dan reputasinya. Tantangan lain, seperti penurunan produktivitas dan kampanye negatif, turut memperkeruh situasi ini.
Isu-isu ini mengemuka dalam Seminar Sawit bertajuk “Peran Teknologi Pertanian Cerdas dalam Mendukung Masa Depan Industri Sawit yang Berkelanjutan” yang diadakan pada Selasa di Auditorium Kamarijani-Soenjoto, Fakultas Teknologi Pertanian (FTP) UGM. Seminar ini merupakan bagian dari rangkaian kegiatan Dies Natalis FTP UGM ke-61.
Dalam seminar tersebut, Chandra Setyawan, dosen FTP UGM, menegaskan bahwa Indonesia masih memegang posisi sebagai produsen kelapa sawit terbesar di dunia, dengan kontribusi mencapai 50% dari total produksi global. “Namun, berbagai tantangan yang dihadapi memerlukan solusi yang tidak hanya fokus pada peningkatan produktivitas, tetapi juga harus memperhatikan aspek keberlanjutan, baik dari sisi lingkungan, ekonomi, maupun kesejahteraan sosial,” ujar Chandra, sebagaimana dikutip InfoSAWIT, dari laman resmi UGM ditulis Kamis (15/8/2024).
BACA JUGA: Kebun Sawit Untuk Rakyat 20 Persen Didesak Untuk Diterapkan Guna Urai Konflik Sosial
Sekretaris Direktorat Penelitian UGM, Prof. Diatri Nari Ratih, mengungkapkan bahwa teknologi pertanian cerdas dapat menjadi solusi potensial untuk mengatasi berbagai masalah di industri sawit. Teknologi ini, yang mengintegrasikan sistem informasi dan komunikasi dengan pertanian, diharapkan dapat meningkatkan produktivitas tanaman, mengoptimalkan pengelolaan sumber daya, memantau dampak lingkungan, dan menyempurnakan proses budidaya.
“Dengan adopsi teknologi pertanian cerdas, industri sawit dapat memperbaiki efisiensi produksi, mengurangi dampak lingkungan, dan memperkuat posisi sebagai industri yang berkelanjutan dan bertanggung jawab,” jelas Prof. Diatri.
Dalam kesempatan yang sama, dilakukan penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) antara FTP UGM dengan Badan Kejuruan Teknik Pertanian (BKTP), Persatuan Insinyur Indonesia (PII), dan PT Kerry Sawit Indonesia (Wilmar) terkait pelaksanaan Program Profesi Insinyur (PSPPI). Selain itu, FTP UGM juga menandatangani MoU dengan Institut Pertanian STIPER untuk kerja sama pelaksanaan Program Pascasarjana sebagai bagian dari penguatan Tridharma Perguruan Tinggi. (T2)
The post Menakar Peran Teknologi Pertanian Cerdas dalam Mendorong Keberlanjutan Industri Sawit appeared first on InfoSAWIT.